Selasa, 13 Mei 2014

Penjuala Obat Terlambat Bulan Atau Obat ABorsi Semakin Gampang



Penjuala Obat Terlambat Bulan Atau Obat ABorsi Semakin Gampang - Transaksi jual beli obat ini juga tertutup. Penjual hanya mau menjual ke konsumen yang sudah dikenal. Di luar itu akan cukup sulit untuk mendapatkan pil pembunuh ini.

Para penjaga toko ini, menurut Panoto, cukup cerdik untuk menyembunyikan obat tersebut dari razia petugas. Hal inilah yang membuat peredaran obat aborsi tersebut semakin merajalela di kawasan Blitar. “Kami akan memanggil Dinas Kesehatan untuk menjelaskan masalah ini,” ujar Panoto.

Ia menjelaskan, penggunaan obat yang mengandung hormon progesteron ini rawan disalahgunakan. Selain membahayakan janin, obat ini dikhawatirkan akan bisa membunuh ibu yang mengkonsumsinya. Karena itu, ia berharap kasus ini bisa segera ditindaklanjuti oleh kepolisian dengan menggelar razia. Ia juga meragukan kinerja Tim Pengawasan dan Pembinaan Makanan dan Obat (TP2MO) Kabupaten Blitar yang dianggap tidak mengetahui kondisi di lapangan.

Kepala Dinas Kesehatan setempat Kuspardani mengaku baru mendengar informasi tersebut. Karena itu pihaknya akan segera melakukan pemeriksaan di lapangan untuk melacak penjualan obat ini. Kondisi ini menurutnya bisa terjadi akibat lemahnya aktivitas pengawasan yang dilakukan TP2MO.

“Bayangkan, dalam setahun mereka melakukan pengawasan dua kali saja,” kata Kuspardani.

Saat ini terdapat 38 apotik, sembilan toko obat aborsi , empat industri kecil obat tradisional (Ikot), 200 toko jamu, serta lebih dari 200 toko kosmetika yang tersebar di Kabupaten Blitar. Jumlah ini tidak sebanding dengan tenaga pengawas yang dimiliki Dinas Kesehatan. HARI TRI WASONO